Analisa Politik

Analisa Politik : G7 Ganjalan Tiongkok?

  G7 2021 : Waspadai Dominasi Tiongkok? Sumber : thetimes.co.uk Baru-baru ini, para pemimpin G7 (Group of Seven) mengadakan pertemuan tatap ...

Friday, May 1, 2020

Corona : Tiongkok VS Everybody


Corona : Tiongkok VS Everybody


Kegelisahan negara-negara dan masyarakat dunia akibat mewabahnya Covid-19 sepertinya telah banyak menimbulkan spekulasi-spekulasi yang beredar, salah satunya tuduhan Amerika Serikat terhadap Tiongkok mengenai kegagalannya dalam mengantisipasi penyebaran Covid-19. Lantas benarkah tuduhan tersebut dilontarkan agar Tiongkok bertanggung Jawab atas wabah tersebut?



Virus corona telah menjadi perbincangan hangat sejak akhir tahun 2019 lalu, bagaimana tidak, virus ini mendadak menjadi teror yang amat mengerikan bagi masyarakat dunia, terutama setelah banyak merenggut nyawa manusia.

Virus tersebut merupakan jenis virus baru yang tengah menyerang masyarakat dunia saat ini. Menurut penuturan Center for Disease Control and Prevention, cdc.gov, menyebut virus corona merupakan jenis virus yang di identifikasi sebagai penyebab penyakit di saluran pernapasan, yang pertama kali terdeteksi mucul di kota Wuhan, Tiongkok.

Selaku negara yang pertama kali mendeteksi kemunculan virus corona atau dalam bahasa kedokteran disebut sebagai 2019 Novel Coronavirus (2019-nCoV), boleh jadi ini merupakan kegagalan Tiongkok dalam menangani awal mula wabah tersebut menyebar ke seluruh penjuru dunia.

Hal tersebut di perkuat dengan adanya tuduhan Amerika Serikat kepada Tiongkok mengenai penyebaran corona.

Menurut Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Mike Pompeo menyebut Tiongkok telah membuat resiko yang sangat besar bagi masyarakat dunia, karena telah membahayakan jutaan nyawa manusia.

Kendati dengan adanya tuduhan tersebut, sepertinya belum ada bukti yang dapat mengindikasikan bahwa Tiongkok yang menjadi biang keladi penyebaran virus tersebut. Pasalnya World Health Organization sebagai badan kesehatan dunia menyebut virus tersebut bukan merupakan buatan manusia melainkan disebabkan dari binatang.

Menariknya, dalam konteks tuduhan tersebut sepintas terlihat Amerika Serikat sedang membuat narasi negatif terhadap Tiongkok untuk bertanggung jawab atas wabah global yang sedang terjadi saat ini.

Suka atau tidak, konteks tersebut menunjukan terdapat semacam unsur politis untuk menjatuhkan Tiongkok, dan bahkan dugaan bahwa isu tersebut sengaja dilontarkan, memang benar adanya.

Secara teoritis, fenomena tersebut dapat kita pahami melalui salah satu teori komunikasi publik yang disebut dengan manajemen isu. Ini merupakan langkah strategis dan antisipatif yang dapat membantu sebuah organisasi atau negara untuk mendeteksi dan merespon perubahan tren atau kondisi yang muncul di lingkungan sosal-politik.

Karena adanya suatu perubahan kondisi tersebut dapat mengkristal menjadi suatu masalah yang bersifat destruktif. Maka negara terkait perlu untuk mencegah adanya pengkristalan masalah, salah satunya dengan melemparkan isu.

Merujuk pada teori tersebut, dapat disimpulkan bahwa dengan adanya isu tuduhan Amerika Serikat tersebut, kemungkinan dapat mempengaruhi persepsi negara lain untuk ikut menjadikan Tiongkok sebagai biang keladi penyebaran virus corona.

Pasalnya berdasarkan informasi yang beredar di media, hingga saat ini memang terdapat beberapa negara yang melayangkan gugatan kepada Tiongkok mengenai penyebaran virus corona, diantaranya: Australia, Israel, Inggris, dan Jerman.



Soal Corona, Tiongkok dikeroyok?


Akibat tuduhan Amerika Serikat terhadapnya, Tiongkok paham betul bahwa posisinya sangat dirugikan akibat kemunculan pandemi ini. Selain banyaknya gugatan yang diterimanya atas pandemi tersebut, Tiongkok juga dituntut ganti rugi sebesar 90 ribu Triliun.

Peka bahwa tuduhan tersebut dapat menimbulkan banyak kerugian terhadapnya, Tiongkok melakukan counter-issue dengan menyebarkan berita bahwa pandemi tersebut disebabkan oleh program militer Amerika Serikat.

Selain itu, alih-alih berkoar ke dunia luar layaknya Amerika Serikat, Tiongkok justru memaksimalkan sisi diplomasi dalam mengubah narasi negatif yang telah menyerangnya akibat wabah ini.

Dosen Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran, Teuku Rezasyah menyebut Tiongkok mencoba merubah narasi negatif yang melekat padanya, dengan tampil di panggung dunia untuk mengulurkan tangannya ke sejumlah negara yang terdampak.

Hal tersebut dapat di justifikasi bahwa Tiongkok berupaya memposisikan diri sebagai negara darmawan yang peduli dan mampu membantu negara lain di tengah narasi negatif yang membayanginya.

Diplomasi soft power nyatanya telah menjadi identitas Tiongkok dalam mengatasi suatu isu ataupun konflik yang tengah menyerangnya. Pada konflik Laut Tiongkok Selatan misalnya, Tiongkok juga melakukan cara yang sama untuk meredam konflik tersebut yaitu dengan berdiplomasi dengan ASEAN dan negara-negara anggotanya.

Namun, dalam konteks narasi negatif yang dilekatkan Amerika Serikat terhadapnya, nyatanya strategi diplomasi yang diterapkan Tiongkok belum mampu membendung tuduhan tersebut. Masih ada beberapa negara di bagian barat khususnya, terus meloncarkan tuduhan bahkan gugatan terhadap Tiongkok.

Lantas, apakah dengan banyaknya kerugian yang diterima Tiongkok ada maksud political blame game yang dimainkan oleh Amerika Serikat?

Amerika Serikat Lakukan Political Blame Game?


Merunut pada peristiwa sejarah Flu Spanyol pada tahun 1918 lalu, Kendati namanya Flu Spanyol, wabah tersebut sebenarnya bukanlah berasal dari Spanyol, akan tetapi penamaan tersebut muncul karena pemerintah Spanyol-lah yang pertama kali mendeteksi soal flu tersebut.

Jika menarik pada sejarah flu tersebut dan mengkomparasikannya dengan Covid-19, dapat ditarik kesimpulan bahwa kedua pandemi tersebut sama-sama menempatkan diri pada momen atau waktu dan tempat, yang mana dampaknya akan melekat pada suatu negara atau wilayah yang pertama kali mendeteksi dan memberitakan soal pendemi tersebut.

Pada titik ini, bagi mereka yang menemukan kejanggalan atas penyebaran wabah Covid-19, mungkin tuduhan Amerika Serikat terhadap Tiongkok memang benar adanya. Akan tetapi secara khusus dapat dikatakan bahwa suatu fenomena tidak dapat disimpulkan secara tunggal atau layak untuk untuk dipertimbangkan secara alamiah ataupun ilmiah.

Pada konteks tuduhan tersebut, sepintas terlihat bahwa Amerika Serikat sedang melakukan blame game agar Covid-19 diasosiasikan terhadap Tiongkok sebagai biang keladinya.

Atas hal tersebut, maka Tiongkoklah yang menjadi penanggung semua kerugian dan kekesalan negara-negara di dunia atas mewabahnya virus tersebut dan mungkin akan menciptakan gelobang Anti-Tiongkok.

Menurut Nasir Khan dalam tulisannya yang berjudul Political Blame Game, menyebut bahwa tujuan permainan politik kambing hitam adalah untuk melamahkan posisi pihak lain atas terjadinya suatu masalah.

Artinya, narasi negatif yang ditujukan Amerika Serikat terhadap Tiongkok, terang saja membuat berbagai negara menyoroti narasi yang dikeluarkan tersebut dan ikut serta menyalahkan Tiongkok.

Dan pada akhirnya, mungkin dapat ditarik kesimpulan bahwa tuduhan yang dilayangkan Amerika Serikat terhadap Tiongkok merupakan suatu strategi propaganda agar dunia menyalahkan Tiongkok atas mewabahnya pandemi Covid-19. yang jelas hingga saat ini belum ada bukti yang dapat mengindikasikan penyebaran virus tersebut merupakan kegagalan Tiongkok.

Dengan demikian, entah mana yang benar baik Tiongkok maupun Amerika Serikat, pasalnya telah banyak beredar Teori Konspirasi Covid-19 di berbagai media, yang terpenting harapan kita saat ini yaitu dunia dapat pulih kembali dan pandemi Covid-19 dapat berakhir.

"Tidak Ada Sesuatu Yang Abadi Di Dunia Yang Keras Ini, Termasuk Permasalahan Kita."Charlie Chaplin (Aktor dan Komika Asal Britania Raya 1889-1977)