Corona : Tiongkok VS Everybody
Kegelisahan negara-negara dan masyarakat dunia akibat mewabahnya Covid-19 sepertinya telah banyak menimbulkan spekulasi-spekulasi yang beredar, salah satunya tuduhan Amerika Serikat terhadap Tiongkok mengenai kegagalannya dalam mengantisipasi penyebaran Covid-19. Lantas benarkah tuduhan tersebut dilontarkan agar Tiongkok bertanggung Jawab atas wabah tersebut?
Virus corona telah menjadi perbincangan hangat sejak akhir tahun 2019 lalu,
bagaimana tidak, virus ini mendadak menjadi teror yang amat mengerikan bagi
masyarakat dunia, terutama setelah banyak merenggut nyawa manusia.
Virus tersebut merupakan jenis virus baru yang tengah menyerang masyarakat
dunia saat ini. Menurut penuturan Center
for Disease Control and Prevention, cdc.gov, menyebut virus corona
merupakan jenis virus yang di identifikasi sebagai penyebab penyakit di saluran
pernapasan, yang pertama kali terdeteksi mucul di kota Wuhan, Tiongkok.
Selaku negara yang pertama kali mendeteksi kemunculan virus corona atau
dalam bahasa kedokteran disebut sebagai 2019 Novel Coronavirus (2019-nCoV),
boleh jadi ini merupakan kegagalan Tiongkok dalam menangani awal mula wabah
tersebut menyebar ke seluruh penjuru dunia.
Hal tersebut di perkuat dengan adanya tuduhan Amerika Serikat kepada
Tiongkok mengenai penyebaran corona.
Menurut Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Mike Pompeo menyebut Tiongkok telah
membuat resiko yang sangat besar bagi masyarakat dunia, karena telah
membahayakan jutaan nyawa manusia.
Kendati dengan adanya tuduhan tersebut, sepertinya belum ada bukti yang
dapat mengindikasikan bahwa Tiongkok yang menjadi biang keladi penyebaran virus
tersebut. Pasalnya World Health
Organization sebagai badan kesehatan dunia menyebut virus tersebut bukan merupakan buatan manusia melainkan
disebabkan dari binatang.
Menariknya, dalam konteks tuduhan tersebut sepintas terlihat Amerika
Serikat sedang membuat narasi negatif terhadap Tiongkok untuk bertanggung jawab
atas wabah global yang sedang terjadi saat ini.
Suka atau tidak, konteks tersebut menunjukan terdapat semacam unsur politis
untuk menjatuhkan Tiongkok, dan bahkan dugaan bahwa isu tersebut sengaja
dilontarkan, memang benar adanya.
Secara teoritis, fenomena tersebut dapat kita pahami melalui salah satu
teori komunikasi publik yang disebut dengan manajemen isu. Ini merupakan langkah strategis dan antisipatif yang
dapat membantu sebuah organisasi atau negara untuk mendeteksi dan merespon
perubahan tren atau kondisi yang muncul di lingkungan sosal-politik.
Karena adanya suatu perubahan kondisi tersebut dapat mengkristal menjadi
suatu masalah yang bersifat destruktif. Maka negara terkait perlu untuk mencegah
adanya pengkristalan masalah, salah satunya dengan melemparkan isu.
Merujuk pada teori tersebut, dapat disimpulkan bahwa dengan adanya isu
tuduhan Amerika Serikat tersebut, kemungkinan dapat mempengaruhi persepsi
negara lain untuk ikut menjadikan Tiongkok sebagai biang keladi penyebaran
virus corona.
Pasalnya berdasarkan informasi yang beredar di media, hingga saat ini
memang terdapat beberapa negara yang melayangkan gugatan kepada Tiongkok
mengenai penyebaran virus corona, diantaranya: Australia, Israel, Inggris, dan
Jerman.
Soal Corona, Tiongkok dikeroyok?
Akibat tuduhan Amerika Serikat terhadapnya, Tiongkok paham betul bahwa
posisinya sangat dirugikan akibat kemunculan pandemi ini. Selain banyaknya
gugatan yang diterimanya atas pandemi tersebut, Tiongkok juga dituntut ganti
rugi sebesar 90 ribu Triliun.
Peka bahwa tuduhan tersebut dapat menimbulkan banyak kerugian terhadapnya,
Tiongkok melakukan counter-issue dengan
menyebarkan berita bahwa pandemi tersebut disebabkan oleh program militer
Amerika Serikat.
Selain itu, alih-alih berkoar ke dunia luar layaknya Amerika Serikat,
Tiongkok justru memaksimalkan sisi diplomasi dalam mengubah
narasi negatif yang telah menyerangnya akibat wabah ini.
Dosen Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran, Teuku Rezasyah menyebut Tiongkok mencoba merubah narasi negatif yang melekat
padanya, dengan tampil di panggung dunia untuk mengulurkan tangannya ke sejumlah negara yang
terdampak.
Hal tersebut dapat di justifikasi bahwa Tiongkok berupaya memposisikan diri sebagai negara darmawan yang
peduli dan mampu membantu negara lain di tengah narasi negatif yang
membayanginya.
Diplomasi soft power nyatanya
telah menjadi identitas Tiongkok dalam mengatasi suatu isu ataupun konflik yang
tengah menyerangnya. Pada konflik Laut Tiongkok Selatan misalnya, Tiongkok juga
melakukan cara yang sama untuk meredam konflik tersebut yaitu dengan
berdiplomasi dengan ASEAN dan negara-negara anggotanya.
Namun, dalam konteks narasi negatif yang dilekatkan Amerika Serikat
terhadapnya, nyatanya strategi diplomasi yang diterapkan Tiongkok belum mampu
membendung tuduhan tersebut. Masih ada beberapa negara di bagian barat khususnya,
terus meloncarkan tuduhan bahkan gugatan terhadap Tiongkok.
Lantas, apakah dengan banyaknya kerugian yang diterima Tiongkok ada maksud political blame game yang dimainkan oleh
Amerika Serikat?
Amerika Serikat Lakukan Political Blame Game?
Merunut pada peristiwa sejarah Flu Spanyol pada tahun 1918 lalu, Kendati
namanya Flu Spanyol, wabah tersebut sebenarnya bukanlah berasal dari Spanyol,
akan tetapi penamaan tersebut muncul karena pemerintah Spanyol-lah yang pertama
kali mendeteksi soal flu tersebut.
Jika menarik pada sejarah flu tersebut dan mengkomparasikannya dengan
Covid-19, dapat ditarik kesimpulan bahwa kedua pandemi tersebut sama-sama
menempatkan diri pada momen atau waktu dan tempat, yang mana dampaknya akan
melekat pada suatu negara atau wilayah yang pertama kali mendeteksi dan
memberitakan soal pendemi tersebut.
Pada titik ini, bagi mereka yang menemukan kejanggalan atas penyebaran
wabah Covid-19, mungkin tuduhan Amerika Serikat terhadap Tiongkok memang benar
adanya. Akan tetapi secara khusus dapat dikatakan bahwa suatu fenomena tidak
dapat disimpulkan secara tunggal atau layak untuk untuk dipertimbangkan secara
alamiah ataupun ilmiah.
Pada konteks tuduhan tersebut, sepintas terlihat bahwa Amerika Serikat
sedang melakukan blame game agar Covid-19
diasosiasikan terhadap Tiongkok sebagai biang keladinya.
Atas hal tersebut, maka Tiongkoklah yang menjadi penanggung semua kerugian
dan kekesalan negara-negara di dunia atas mewabahnya virus tersebut dan mungkin
akan menciptakan gelobang Anti-Tiongkok.
Menurut Nasir Khan dalam tulisannya yang berjudul Political Blame Game, menyebut bahwa tujuan
permainan politik kambing hitam adalah untuk melamahkan posisi pihak lain atas
terjadinya suatu masalah.
Artinya, narasi negatif yang ditujukan Amerika Serikat terhadap Tiongkok,
terang saja membuat berbagai negara menyoroti narasi yang dikeluarkan tersebut
dan ikut serta menyalahkan Tiongkok.
Dan pada akhirnya, mungkin dapat ditarik kesimpulan bahwa tuduhan yang
dilayangkan Amerika Serikat terhadap Tiongkok merupakan suatu strategi
propaganda agar dunia menyalahkan Tiongkok atas mewabahnya pandemi Covid-19.
yang jelas hingga saat ini belum ada bukti yang dapat mengindikasikan
penyebaran virus tersebut merupakan kegagalan Tiongkok.
Dengan demikian, entah mana yang benar baik Tiongkok maupun Amerika
Serikat, pasalnya telah banyak beredar Teori Konspirasi Covid-19 di berbagai
media, yang terpenting harapan kita saat ini yaitu dunia dapat pulih kembali
dan pandemi Covid-19 dapat berakhir.